Tali Bambuapus Giri, Cara Ber Literasi Produktif Mendukung Gerakan Literasi Sekolah.

Tali Bambuapus Giri, Cara Ber Literasi Produktif Mendukung Gerakan Literasi Sekolah.

 

Di era  revolusi industri ke-4 yang serba berbasis IoT ( _internet of things_ ) ini banyak hal yang bisa dimanfaatkan untuk mendukung Gerakan Literasi  Sekolah (GLS).  Pemberdayaan penggunaan gadget yang dilengkapi dengan fitur pengubah suara menjadi teks ( _speech to text_ atau STT) dan pengubah teks menjadi suara ( _text-to-speech_ atau TTS) untuk merevolusi cara menulis dan membaca seharusnya membuat GLS   berkembang lebih pesat. Selain itu keberadaan QR-code yang  sangat terandalkan  untuk mendukung  koneksitas O2O atau  _object to object_ memungkinkan semua benda di lingkungan sekolah  bisa menjadi saksi yang "berbicara" di ranah online. Ini karena ada teks yang diciptakan dalam kegiatan literasi produktif, bahkan penciptaan teks itu dengan suara melalui   STT. Teks yang  diletakkan di ranah  online itu  kemudian bisa diakses dengan mudah melalui scanning terhadap QR-code linknya. Teks itu akan "berbicara sendiri" ketika fitur TTS mengolahnya menjadi suara untuk kita baca dengan cara mendengarkannya. 

Jika sejenak menengok kebelakang kita akan tahu bahwa perjuangan yang gigih untuk meningkatkan literasi anak-anak Indonesia agar setara dengan literasi anak-anak dari negara maju sepertinya masih memerlukan waktu, tenaga, dan pikiran, serta sumber daya  yang tidak sedikit. Betapa tidak, setelah GLS digulirkan oleh Mendikbud di tahun 2015 dan serentak sekolah-sekolah di Indonesia melaksanakannya,   ternyata itu tidak membuat  hasil tes literasi  PISA terakhir anak-anak kita menjadi lebih  menggembirakan. Ini menunjukkan bahwa usaha-usaha kita dalam GLS tidak bisa hanya dilakukan setengah-setengah, apalagi sampai perlahan dilupakan begitu saja.  Oleh karenanya diperlukan sentuhan-sentuhan yang lebih  mengena dan sesuai dengan era revolusi industri ke-4 agar hasilnya efektif dan efisien.   Selain itu kemauan semua pihak untuk menjadikan penguasaan level  literasi lebih tinggi  sebagai hal penting dan menjadi prioritas juga dapat menjadi titik penentu keberhasilan GLS. 

Terkait hal tersebut, alhamdulillah beberapa waktu yang lalu penulis diberi kesempatan berbagi tentang program *Tali Bambuapus Giri* atau _Implementasi Literasi Produktif Bersama dalam Pembuatan Perpustakaan Digital Mandiri_ yang berbasis metode *Menemu Baling* atau _Menulis dengan Mulut dan Membaca dengan Telinga_ bersama guru-guru SMA 8 Semarang. Sekitar 40 orang guru terlibat  di dalam kegiatan yang menantang ini.

Mengapa nama Programnya adalah *Tali Bambuapus Giri* ? Kita tahu bahwa banyak  tokoh-tokoh besar   menyatakan bahwa literasi berhubungan erat dengan tali atau ikat-mengikat. Misalnya sahabat sekaligus sepupu nabi Muhammad SAW yang cerdas, Ali bin Abu Tholib mengatakan supaya kita mengikat ilmu dengan cara menuliskannya. Atau salah seorang imam salah satu madzab besar dalam Islam yaitu Imam Asy-Syafi'i yang mengatakan bahwa menuntut ilmu itu seperti berburu binatang liar, dan tulisan adalah ikatannya. Sang imam juga menyatakan bahwa  adalah sebuah kebodohan apabila orang sudah bersusah payah berburu atau menuntut ilmu tetapi endingnya kijang liar yang sudah tertangkap itu dibiarkan lepas begitu saja.

Nah, Bambuapus adalah salah satu tanaman bambu pilihan yang jika dibuat _tutus_ atau tali dari sayatan tipis batangnya  dihasilkan alat ikat  yang sangat kuat. Pilinan yang lebih besar dari jenis bambu ini juga menghasilkan tali, keranjang, engkrak, yang sangat kuat dan sanggup menanggung beban berat. Anyamannya juga menjadi   berbagai alat rumah tangga yang selain artistik juga sangat berguna dan tahan lama. Bahkan konon di jaman Belanda bambuapus juga dijadikan tulang beton untuk membuat berbagai konstruksi bangunan.    Masyarakat Indonesia sejak jaman dahulu sudah terbiasa menggunakan  Tali Bambuapus ini untuk berbagai keperluan sehari-hari, bahkan hingga kini ketika sudah banyak ditemukan bahan sintetis orang masih memilinya sebagai tali khusus yang menjadi ciri khas _local wisdom_.

Sedangkan kata terakhir yang menyertai nama program adalah Giri. Hampir semua masyarakat Indonesia tahu bahwa Giri adalah nama daerah yang kental dengan nuansa spiritual. Siapa yang tidak kenal dengan Njeng Sunan Giri yang merupakan salah satu waliyullah yang sangat masyhur di Indonesia. Maka perpaduan ketiga kata itu ketika digunakan untuk menamai sebuah program sangat cocok untuk menjadi pengingat sekaligus aksi nyata untuk membudayakan literasi secara produktif sebagai pendukung GLS.

Kegiatan pelatihan program yang hanya beberapa JP ini terasa sangat ambisius karena targetnya adalah guru dan siswa nantinya bisa menciptakan perpustakaan digital sendiri. Namun karena mayoritas peserta masih muda dan pernah mendapat pelatihan *Menemu Baling* , maka proses berbagi  terasa lebih ringan. Ketuntasan produk peserta akan diketahui tiga hari lagi setelah tagihan mereka terkumpul di Google Drive. 

Dengan program ini nantinya guru dan siswa diharapkan bisa bersama-sama berliterasi produktif dengan menciptakan text maupun multimodal text yang diletakkan di web sekolah, blog, social media, YouTube, dan media online lainnya.  Tinggal cetak QR code linknya, lalu di tempel pada objek di sekeliling sekolah, misalnya thropy, foto kasek terdahulu, tanaman, meja, kursi, almari, peta, foto pahlawan, foto kegiatan, dll. Maka jadilah lingkungan sekolah sebagai sumber perpustakaan digital hasil karya guru dan siswa dan dapat diakses kapan saja  dengan melakukan scanning terhadap QR Code-nya. 

Harapannya   apa yang dilakukan SMA 8 Semarang ini bisa menjadi implementasi yang sesungguhnya bagaimana berliterasi produktif dan  menjadikannya sebagai budaya. Dan, kecenderungan Gerakan GLS yang _stag_ pada level Pembiasaan dengan _15 minutes sustained silent reading_ -nya  bisa diurai ke level Pengembangan dan Pembelajaran dengan lebih mudah. Kegiatan ini juga memberikan kesempatan para guru untuk membuat _project based learning_ dengan produk akhir berupa text atau multimodal text yang akan menggerakkan HOTS siswa sekaligus hasilnya bisa dipadu padankan dengan program Adiwiyata yang dirintis sekolah. Semoga sekolah dapat  memetik manfaat sebanyak banyaknya dari program Tali Bambuapus Giri ini.

Good luck Pak Kasek Sugiyo, S.Pd., M.Kom.  dan SMA 8 Semarang yang semakin maju.

_Ikatlah ilmu dengan menuliskannya_ (Sayidina Ali).

(Ditulis dengan metode Menemu Baling, dilengkapi dalam perjalanan KAI menuju Cirebon 12-06-2021 14.30 WIB)

Salam literasi

Mampuono
Founder Menemu Baling, Mantra  Menemu Baling, Batu Asimtut, Tali Bambuapus Giri, dan Asika Damba,  
(LPMP Jateng)