Model Pembelajaran Pendidikan Vokasi

Model Pembelajaran Pendidikan Vokasi

Pendidikan vokasi menjadi pilihan sekolah yang tepat di era globalisasi seperti sekarang. Selain banyak yang membuka program sarjana terapan, sekolah vokasi melatih praktikal jauh lebih banyak dibandingkan pendidikan teori, sehingga tidak mengherankan jika lulusan vokasi lebih banyak dibutuhkan perusahaan karena dianggap lebih siap terjun ke dunia kerja, apalagi ada berbagai keuntungan yang bisa didapat saat masuk sekolah vokasi.

Oleh sebab itu, tidak ada salahnya untuk mengetahui seperti apa model pembelajaran dan hal-hal yang berkaitan sebelum masuk ke sekolah vokasi.

Bagaimanakah model Penyelenggaraan Pendidikan Vokasi?

Penerapan sistem Kurikulum Pendidikan Tinggi (KPT) Vokasi pada sistem pendidikan tinggi dan pemberlakuan peraturan tentang standar nasional pendidikan tinggi (Permenristekdikti Nomor 44 Tahun 2015), perlu dikembangkan model pembelajaran yang sesuai dengan KPT tersebut.Pada Pasal 11 Ayat 1 Permenristekdikti Nomor 44 Tahun 2015 dinyatakan bahwa karakteristik proses pembelajaran bersifat:

1. interaktif,

2. holistik,

3. integratif,

4. saintifik,

5. kontekstual,

6. tematik,

7. efektif,

8. kolaboratif, dan

9. berpusat pada peserta didik.

Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, atau juga dikenal sebagai (Student Centered Learning) menjadi pilihan pendekatan yang tepat untuk mengimplementasikan KPT. SCL merupakan paradigma yang terus berkembang walaupun tidak serta-merta menghilangkan atau menghapuskan pendekatan pembelajaran yang lain (Nurwardani, 2016).

Bukit (2014) menjelaskan model-model yang dapat digunakan dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan, di antaranya  sebagai berikut :

1. Model pendidikan di dunia kerja (company model) adalah pendidikan tenaga kerja yang dilakukan secara penuh di perusahaan atau biasa disebut magang;

2. Model pendidikan di sekolah (school based) adalah pendidikan kejuruan yang dilakukan di sekolah. Seluruh sistem pelaksanaan, fasilitas, anggaran, dan pengelolaan merupakan tanggung jawab sekolah khususnya pemerintah. Model ini menempatkan industri hanya sebagai model saja;

3. Cooperatif model atau pendidikan sistem ganda (PSG). Model pendidikan ini dilakukan secara bersama-sama antara sekolah dan dunia kerja. Model ini merupakan kombinasi dari school based dan company model yang dipercaya dapat mengatasi kelemahan dari masing-masing model tersebut;

4. Model school based enterprise atau dikenal dengan Unit Produksi (UP). Model ini pada dasarnya adalah mengembangkan dunia usaha di lingkungan sekolah dengan maksud memberikan pengalaman kerja nyata di sekolah sekaligus menambah penghasilan sekolah.

Kurikulum Pendidikan Vokasi

Tujuan kurikulum vokasi mencakup empat aspek kompetensi, yaitu (1) aspek kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Aspek-aspek kompetensi tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler.