MENGENALKAN STRATEGI BERLITERASI "TALI BAMBUAPUS GIRI" KE WILAYAH TERPENCIL DI KALIGESING
Oleh: Dr. Mampuono, S.Pd., M.Kom. (Tali Bambuapus Giri)
Terletak di Kecamatan Kaligesing, Purworejo, Jawa Tengah, SMPN 39 Purworejo merupakan sekolah menengah pertama yang terpencil dan dikelilingi oleh pemandangan yang eksotis dan memukau seperti gunung menjulang, hutan lebat, tebing curam, ngarai berkelok-kelok, dan jurang mengerikan. Keindahan alam di sekitar sekolah ini memiliki potensi yang luar biasa sebagai sumber motivasi unik bagi para siswanya, mendorong mereka untuk meraih prestasi dan mewujudkan mimpi terbesar mereka.
Namun, mencapai lembaga pendidikan yang istimewa ini bukanlah perkara mudah. Diperlukan kendaraan yang dalam kondisi mesin yang bagus serta pengemudi yang terampil, karena perjalanan menuju sekolah yang jaraknya 16 km dari pusat kota penuh dengan tanjakan tajam, tikungan curam, dan jalan sempit yang hanya dapat dilalui oleh satu kendaraan pada satu waktu. Namun, bagi mereka yang berani menempuh perjalanan berbahaya ini, hadiahnya tak ternilai, karena mereka akan disambut dengan pengalaman yang tak terlupakan dan memukau yang akan terus terkenang sepanjang masa.
SMPN 39 Purworejo - sebuah sekolah terpencil yang berada di tengah-tengah wilayah Kecamatan Kaligesing, Purworejo, Jawa Tengah, Indonesia - menghadapi tantangan besar dalam memberikan pendidikan yang berkualitas bagi siswa-siswinya. Namun, hal ini tidak membuat semangat kepala sekolah, Prastowo, meredup. Sebaliknya, ia merasa memiliki tanggung jawab besar untuk memberikan ide-ide kreatif demi menciptakan lingkungan belajar yang terbaik bagi anak didiknya.
SMPN 39 Purworejo tidak ingin ketinggalan dengan sekolah-sekolah di perkotaan yang lebih mudah mengakses teknologi modern. Setelah keberhasilan program "Sekolah Berbasis Pesantren", SMPN 39 Purworejo meluncurkan program baru yang sangat inovatif. Dengan menggunakan teknologi QR Code, program "Sekolah Berbasis QR Code" menjadi sorotan karena penggunaannya yang sedang populer di kota-kota besar, namun sangat jarang ditemukan di pedesaan bahkan di daerah terpencil seperti di Kaligesing.
QR Code adalah bentuk kode matriks dua dimensi yang dapat di-scan menggunakan kamera pada smartphone atau tablet untuk mengakses informasi terkait dengan produk, layanan, atau informasi lainnya. Dalam konteks pendidikan, penggunaan QR Code memberikan banyak manfaat bagi siswa dan guru. Dengan teknologi ini, akses ke informasi pembelajaran dapat lebih cepat dan mudah, serta meningkatkan interaksi dan partisipasi siswa dalam pembelajaran melalui integrasi teknologi yang lebih baik. SMPN 39 Purworejo tidak hanya menunjukkan geliatnya di tempat yang terpencil, tetapi juga menjadi pionir dalam penggunaan teknologi modern ini di dunia pendidikan, khususnya di Purworejo.
"Kami berjuang untuk melawan kemiskinan intelektual dan teknologi yang menghambat pendidikan di daerah terpencil," tegas Prastowo dengan penuh semangat saat meluncurkan program Sekolah Berbasis QR Code yang menggabungkan teknologi modern dengan strategi literasi produktif. Dalam pelatihan yang diadakan Selasa, 7 Maret 2023, penemu strategi tersebut, Dr. Mampuono, M. Kom, Ketua Umum Perkumpulan Teacherpreneur Indonesia Cerdas (PTIC) sekaligus widyaprada dari BBPMP Jateng, turut hadir untuk memberikan pelatihan kepada guru dan siswa sebanyak 60 orang. Kegiatan dihadiri juga oleh kepala sekolah dan guru undangan dari lingkungan sekitar SMPN 39 Purworejo. Pelatihan tersebut tidak hanya memberi dampak positif pada sekolah terpencil tersebut, tetapi juga menarik perhatian beberapa kepala sekolah dari sekolah-sekolah di tengah kota untuk bergabung.
Erna, kepala sekolah yang datang dari tengah kota, dengan penuh semangat mengungkapkan niatnya untuk datang jauh-jauh ke SMPN 39 Purworejo demi mempelajari strategi berliterasi yang didukung teknologi tersebut. Ia berjanji untuk menyebarluaskan pengetahuannya kepada komunitas belajar di Purworejo kota, sebagai bentuk tanggung jawab dan kontribusinya dalam mengembangkan dunia pendidikan di daerahnya.
Di aula sekolah yang luas, kegiatan pelatihan itu dimulai tepat pada pukul 13:00 WIB dan berakhir pada pukul 15:00 WIB. Kegiatan tersebut diawali dengan pengenalan konsep, instalasi dan aplikasi pendukung, yang kemudian dilanjutkan dengan demonstrasi dan praktek. Suasana menjadi semakin meriah dengan hadirnya Dr. Mampuono, sosok yang mengembangkan strategi Tali Bambuapus Giri (Implementasi Literasi Produktif Bersama dalam Pembuatan Pustaka Digital Mandiri) yang banyak membuka wawasan peserta dengan cara sersan atau serius tapi santai..
“Sebuah pesan ilahiah tentang pentingnya membaca dan menulis tercantum dalam ayat pertama dan keempat surat yang pertama kali diturunkan di Al Qur'an. Oleh karena itu, kegiatan literasi tidaklah sekadar tuntutan manusia, namun juga sebagai perintah dari Yang Maha Kuasa,” tegas Dr. Mampuono dengan penuh keyakinan. “Seiring dengan perkembangan teknologi, manusia dapat menulis dengan menggunakan suara dan membaca dengan menggunakan telinga. Dengan bantuan AI, berliterasi menjadi lebih mudah dan cepat. Strategi Tali Bambuapus Giri akan membantu para guru dan siswa untuk menulis dan menghasilkan konten online, mengerjakan tugas, atau membuat buku mereka sendiri dengan lebih mudah,” tambahnya dengan bersemangat.
Dengan semangat yang membara, para peserta tampak antusias dan siap menindaklanjuti kegiatan tersebut dengan semangat yang tinggi. Mereka berkomitmen untuk memproduksi berbagai tulisan bermutu yang akan diunggah di ranah online, serta menulis buku secara bersama-sama. Kegiatan ini bukan hanya sekadar menjadi inspirasi, namun juga membuka peluang besar bagi SMPN 39 Purworejo untuk menjadi sekolah yang terdepan dalam bidang literasi dan penggunaan teknologi. Semoga program “Sekolah Berbasis QR Code” ini menjadi awal dari sebuah perubahan yang lebih baik bagi dunia pendidikan, dan memberikan manfaat yang besar bagi seluruh warga sekolah dan masyarakat sekitar.
(Ditulis dengan Strategi Tali Bambuapus Giri atau Implementasi Literasi Produktif Bersama dalam Pembuatan Pustaka Digital Mandiri. Dr. Mampuono, M.Kom. penulis artikel ini adalah Ketua Umum PTIC yang konsen pada peningkatan kompetensi dan kesejahteraan para guru yang menyepakati diri bergerak sebagai teacherpreneur.)